jump to navigation

PARA PECUNDANG DALAM KOMFLIK & DAMAI ACEH 2010/04/17

Posted by Aiyub Ilyas in Budaya.
trackback

Siapa yang tak kenal dengan kami, kami orang-orang yang selalu bejuang untuk Aceh bermartabat. Kami berjuang tanpa pamrih, kami berjuang untuk rakyak. Semasa konflik kami menjadi aktivis yang siap menyuarakan perjuangan menlalui jalan damai, siap hidup berpindah-pindah untuk menghindari kejaran aparat. Kami jadi pasukan yang siap berjuang dengan senjata, walaupun kadang harus hidup di hutan belantara, atau harus ngacir ke negeri orang. Kami juga berjuang lewat parlemen, memberikan harta dan kekayaan untuk untuk Aceh tercinta. Jadi jangan bilang kami ini hanya diam, hanya berpangku tangan, tapi kami adalah pahlawan, dalam darah kami mengalir darah kepahlawanan Iskandar Muda.

Kita rakyat awam kadang bertanya, apakah mereka benar pejuang? Apakah mereka berjuang untuk rakyat? Atau karena uang dan kekuasaan?. Karena sejarah membuktikan, para pecundang hanya banyak bicara. Jadi aktivis saat situasi aman, jadi serdadu dikala belum perang, berjuang di parlement ketika mau pemilu, menyumbangkan kekayaan hanya untuk mendapatkan proyek dan perlindungan.

Ketika Aceh dalam perang, mereka diam seribu bahasa, mengaku tidak tahu apa-apa, mengungsi demi menyelamatkan nyawa, enggan menyumbang atau malah memakan sumbangan yang seharusnya menjadi hak para pejuang. Mereka yang ada dalam medan perang, bukan berfikir untuk berperang, tapi berfikir siapa yang akan diperas dengan alasan perjuangan dan lebih naif sumbangan di korup untuk kepentingan sendiri bukan diberikan untuk kepentingan perjuangan.

Sementara mereka yang benar-benar berjuang demi Aceh tercinta, tanah indatu lon sayang, sudah menjadi korban dalam perang, karena mereka benar-benar berperang, bukan hanya main kucing-kucingan. Banyak yang sudah ditangkap, kemudian dibunuh dan diserakkan dipinggir jalan. Ataupun jasad mereka ditemukan di kuburan-kuburan masal dan ada juga yang rela mati demi menyelamatkan warga kampung dari amukan serdadu pemerintah.

Ketika Aceh damai, para pecundang kembali tampil di depan publik memproklamirkan diri bawa dulu saya aktivis, dulu saya teuntra perjuangan, dulu saya berjuang di parlemen, dulu saya menyerahkan harta dan kekayaan, tidak lain untuk Aceh tercinta. Mereka tampil bukan untuk niat memajukan Aceh. Mereka tampil untuk mencari peluang mendapatkan kekuasaan guna menghimpun kekayaan. Menggunakan aji mumpung, untuk kepentingan pribadi dan melupakan rencana perjuangan. Mereka tidak lagi ingat amanah perjuangan, membangun Aceh yang bermartabat dengan Islam sebagai pedoman hidup.

Sementara para pencundang yang kalah pamor, tidak punya politik licik, kurang pengetahuan dengan tingkat pendidikan rendah. Telah jauh-jauh hari menanam senjata untuk suatu saat dipergunakan, guna merebut paksa pengaruh dan kekuasaan, merampok demi kekayaan, mengancam untuk mendapatkan keuntungan.

Lalu kemana para cucu Iskandar Mudah?, yang benar-benar bejuang berjuang demi kuburan endatu yang telah diinjak-injak mereka yang dianggap penjajah?, berjuang demi perbaikan nasib tanah Aceh tercinta? Berjuang untuk Aceh bermartabat?. Mereka banyak, tapi teggelam dibalik maraknya sorotan akan prilaku jahat para pecundang. Mereka ada di pemerintahan, mereka ada dalam kalangan aktivis, mereka ada di parlemen, mereka ada di desa-desa, mereka juga banyak di luar negeri. Mereka terus berdo’a walaupun kadang mencaci maki, semoga para nahkoda di Aceh ku tersayang bisa terus membangun sebuah jembatan yang kokoh untuk menuju masa depan Aceh yang bermartabat.

Semua kita harus sadar, bahwa pecundang akan tetap jadi pecundang. Kesadaran adalah mimpi di siang bolong bagi mereka, yang ada ketamakan dan keserakahan. Jadi kalau ingin membangun Aceh bermartabat, singkirkan para pencundang walaupun mereka kerabat dekat atau kawan seperjuangan. Karena mereka akan jadi duri dalang daging yang setiap saat bisa menggunting dalam lipatan, mengganjal kawan seiring yang akhirnya menghancurkan rencana perjuangan. Masih banyak kawan dan kerabat baik yang mempunyai darah pahlawan yang siap berjuang untuk Aceh bermartabat.

Komentar»

No comments yet — be the first.

Tinggalkan komentar